Cara Menghitung Tingkat Turnover Karyawan Perusahaan
Dalam melakukan perhitungan ini, biasanya HR akan membaginya ke berbagai periode waktu. Dimana, kondisi ini akan sangat efektif, dari data tersebut setiap industri bisa melakukan strategi khusus.
Bagaimana caranya mempertahankan karyawan. Terkadang mereka keluar bukan karena gaji bisa suasana atau tidak cocok dengan rekan kerja dan lainnya. Untuk mengetahui rumus menghitungnya, coba simak ulasannya di bawah ini.
Masalah yang Akan Terjadi Jika Turnover Karyawan Tinggi
Umumnya, laju employee turnover yang tinggi merupakan sinyal pertanda adanya masalah ― bisa jadi permasalahan perusahaan dalam proses rekrutmen, budaya perusahaan, struktur keuntungan dan kompensasi, manajer individual, pola training dan progres karir, dan lain sebagainya.
Laju employee turnover harus dilihat lagi konteksnya, kemudian juga industrinya; misalnya perhotelan dan ritel biasanya mempunyai perputaran karyawan yang lebih tinggi daripada rata-rata. Sebuah perusahaan seharusnya menjadikan laju turnover sebagai tolok ukur lintas bisnis serupa di industri tertentu untuk memahami seberapa baik mereka mempertahankan karyawannya.
Tidak Ada Kesempatan untuk Tumbuh atau Berkembang
Faktor lain yang kuat sebagai alasan orang meninggalkan pekerjaan adalah mereka tidak melihat masa depan untuk diri mereka sendiri di perusahaan. Budaya pengembangan karyawan adalah bagian penting dari manajemen bakat.
Hal-hal seperti pelatihan berbasis keterampilan untuk menawarkan pendidikan berkelanjutan dan penggantian biaya kuliah, layanan pengembangan karir dan pelatihan, pendampingan dan program pengembangan kepemimpinan sangat dibutuhkan untuk mempertahankan karyawan yang berkualitas.
Untuk mengevaluasi program perusahaan, maka perusahaan harus mengevaluasi dengan memberi kepastian mengenai :
Setelah mengetahui pengertian turnover karyawan dalam perusahaan, penyebab tingginya turnover karyawan dan solusinya, kini Anda dapat membuat perusahaan Anda lebih kondusif tanpa kehilangan karyawan yang berkualitas dengan menerapkan solusi yang telah diberikan.
Turnover pada sebuah perusahaan merupakan proses keluar masuknya karyawan dalam jangka waktu tertentu. Turnover adalah salah satu hal yang sangat lumrah terjadi di suatu perusahaan.
Melansir Indeed.com, ada beberapa faktor yang menyebabkan turnover rate tinggi, seperti upah yang tidak sesuai, budaya kerja dan beban kerja berlebih sehingga mengakibatkan burnout serta tidak adanya kesempatan untuk pengembangan karier.
Lalu apa saja pekerjaan yang memiliki tingkat turnover tinggi? Cek selengkapnya!
Pasti kamu sudah sering mendengar apa saja jobdesc dan tanggung jawab seorang SP (Sales Promotion). Yap, performa kinerja seorang sales seringkali underpressure dan menghadapi banyak tantangan karena fokus pada pencapain target penjualan, meskipun hal ini sudah menjadi jalannya untuk mendapatkan kompensasi/upah.
Tak heran, sales jadi salah satu pekerjaan dengan tingkat tunrover yang tinggi. Menurut data yang dihimpun oleh SyncHR.com, rata-rata pekerjaan sales hanya bertahan kurang dari 2 tahun.
Dilansir dari DailyPay.com, ada 5 alasan mengapa tingginya tingkat turnover yang terjadi di industri ritel. Diantaranya, fleksibilitas jam kerja, kurangnya kesempatan dalam pengembangan karier, kondisi kesehatan dan kesejahteraan karyawan, kompensasi/benefit yang didapat serta kurangnya 'meaningful work'.
Belum lagi, ritel di Indonesia yang umumnya memberlakukan kebijakan di mana karyawan toko harus bertanggung jawab atas kerugian dan barang hilang di toko. Meski hal ini merupakan konsekuensi dan sudah tertulis dalam kontrak kerja, tetap saja beban yang cukup memberatkan ini membuat tidak sedikit pekerja ritel yang akhirnya memutuskan untuk resign.
Lanjutkan membaca artikel di bawah
Baca Juga: 5 Tips Mengelola Stres Akibat Pekerjaan, Coba Rehat Sejenak
Seperti yang sering kamu jumpai ketika berkunjung ke restoran atau hotel, waiter atau pelayan di sana yang sibuk berlalu-lalang membawa makanan dan seringkali mengharuskan mereka berdiri dengan jangka waktu yang lama. Tuntutan kerja yang mengandalkan fisik ini mengakibatkan kelelahan, sehingga tingkat kepuasan mereka dalam bekerja pun kurang.
Selain itu, upah yang rendah juga jadi penyebab ketidakpuasan sehingga banyak waiter mempertimbangkan untuk mencari pekerjaan lain yang dapat membawa benefit lebih.
Sebagian besar perusahaan menempatkan posisi customer service (CS) sebagai level pemula (entry-level) sebelum nantinya mereka dipromosikan jabatan yang lebih tinggi, menjadi supervisor atau manajer.
Di samping itu, CS juga jadi salah satu yang banyak dibutuhkan di perusahaan-perusahaan. Oleh karenanya, hal ini menjadi alasan bagi mereka untuk beralih ke perusahaan lain. Sebagaimana yang disebut pada laman SyncHR.com, ini lah yang menyebabkan tingkat turnover di bidang CS mencapai 45%.
Apa itu Employee Turnover?
Employee turnover merujuk pada jumlah karyawan yang meninggalkan perusahaan pada periode waktu tertentu, biasanya satu tahun. Yang termasuk dalam perhitungan yaitu mereka yang mengundurkan diri atau resign, yang diberhentikan secara sepihak oleh perusahaan atau kena lay off, terminasi, pensiun, transfer lokasi, atau bahkan juga kematian. Turnover berbeda dengan atrisi. Ketika menghitung atrisi, pengurangan SDM dan terminasi tidak dihitung. Perusahaan sering menghitung laju employee turnover mereka sebagai sarana untuk memprediksi dampaknya pada produktivitas, layanan konsumen, atau bahkan semangat kerja karyawan.
Fakta Tingkat Turnover yang Tinggi
Tingkat turnover berpengaruh terhadap kemampuan perusahaan untuk mencapai obyektif bisnis dan merupakan kunci yang perlu diperhatikan para eksekutif. Alasan orang-orang berhenti bekerja bervariasi dan perusahaan tidak selalu bisa menghentikannya.
Salah satu pengendali atrisi adalah demografi: pengunduran diri generasi baby boomer meningkat drastis beberapa tahun belakangan. Sedangkan milenial juga tidak menetap pada pekerjaan mereka untuk waktu yang lama, jauh berbeda dengan generasi sebelumnya. Di antara para karyawan, mereka yang berusia 60-64 tahun sudah bekerja paling tidak 10 tahun di pekerjaan terakhir mereka.
Kemudian ada isu pasokan dan tuntutan. Untuk peran tertentu dan di area tertentu, jumlah karyawan dengan skill yang tepat tidak cukup untuk memenuhi lowongan yang dibuka. Misalnya saja sering kita melihat selama bertahun-tahun terjadi kekurangan tenaga medis profesional, ilmuwan dan matematikawan, ahli perdagangan, insinyur, dan ahli IT. Tentu banyak kekurangan ini akan terus berlanjut bahkan dengan laju pengangguran yang lebih tinggi dari laju normal.
Pada akhirnya, karyawan menginginkan hal lebih dari perusahaan tempat mereka bekerja ― tidak hanya uang. Bahkan generasi baby boomer mencari lebih dari gaji yang stabil dan menyatakan bahwa bekerja untuk perusahaan dengan misi yang bertujuan jelas adalah prioritas utama. Survei LinkedIn’s Talent Trends 2020 menunjukkan bahwa seseorang ingin bekerja untuk perusahaan dan dengan rekan yang menginspirasinya.
Apa Itu Turnover Karyawan?
Melacak tingkat pergantian karyawan perusahaan merupakan langkah berbasis data untuk mengukur berapa banyak orang yang meninggalkan perusahaan dan dalam keadaan apa. Perputaran mengacu pada pemisahan total dari perusahaan dan mencakup pergantian sukarela dan tidak sukarela.
Turnover karyawan sukarela adalah perputaran untuk mewakili orang-orang yang meninggalkan perusahaan atas kemauan mereka sendiri misalnya untuk mendapat pekerjaan baru, untuk alasan pribadi, untuk mengejar peluang pendidikan atau untuk pensiun.
Turnover karyawan yang tidak disengaja adalah perputaran untuk mencakup orang-orang yang diberhentikan karena masalah kinerja atau perilaku serta mereka yang merupakan bagian dari PHK musiman atau pengurangan keseluruhan kekuatan.
Turnover sukarela yang tinggi umumnya dianggap sebagai sesuatu yang tidak menguntungkan. Itu berarti Anda kehilangan karyawan yang berkualitas, terkadang karena perusahaan pesaing.
Penyebabnya termasuk masalah dengan budaya perusahaan, manfaat dan struktur kompensasinya, jalur karier dan pelatihannya, manajer, dan banyak lagi.
Turnover sukarela yang tinggi berdampak pada profitabilitas dan, seringkali, kepuasan pelanggan. Di sisi lain, dibutuhkan biaya banyak untuk merekrut orang baru.
Informasi seputar cara menerapkan KPI (Key Performance Indicator) untuk perusahaan dapat dilihat melalui artikel ini Langkah Tepat Menyusun KPI Karyawan, Apa Saja?
Kurangnya Pengembangan Profesional
Ini adalah salah satu penyebab tingkat turnoveryang tinggi. Karyawan secara alami mencari pertumbuhan karir. Aspirasi ini tidak hanya berarti pertumbuhan finansial tetapi sebagian besar pengembangan profesional.
Oleh karena itu, jika Anda tidak menawarkan vektor pengembangan karir karyawan Anda, kemungkinan besar, Anda akan melihat mereka pergi sebentar lagi.
Solusi: Buat program pengembangan profesional
Untuk mengatasi masalah ini:
Informasi mengenai coaching karyawan dapat dilihat melalui artikel ini Apa Itu Coaching? Pahami Metode dan Tujuannya untuk Karyawan.
Apa itu Turnover Karyawan?
Turnover adalah tingkat perputaran suatu variabel sedangkan turnover karyawan adalah tingkat perputaran pergantian karyawan dalam suatu periode tertentu. Turnover rate merupakan angka persentase yang menunjukkan tinggi rendahnya perputaran tersebut. Angka turnover yang tinggi berdampak buruk bagi perusahaan baik secara internal maupun eksternal. Keuangan dan reputasi perusahaan pun akan ikut terganggu dengan adanya pergantian karyawan yang terlalu cepat. Baca lebih lanjut untuk mengetahui penyebab, dampak serta tips mencegah turnover tinggi.
Masalah antar karyawan
Adanya persaingan tidak sehat dan budaya kerja yang tidak baik dapat membuat karyawan kurang termotivasi dan hilang fokus dalam bekerja sehingga memilih ke luar dari perusahaan tersebut. Terlebih jika atasan tidak dapat bersikap netral dan dipandang lebih berat ke salah satu pihak yang menyebabkan lingkungan kerja menjadi tidak kondusif.
Kurangnya apresiasi dan feedback
Apresiasi dapat dimulai dari hal kecil seperti mengingat nama karyawan, mengucapkan terima kasih, memberikan pujian, dan bahkan penghargaan atas kinerja karyawan. Tidak hanya apresiasi melainkan juga feedback sehingga karyawan tahu apa yang bisa diperbaiki dari pekerjaannya.